Keterampilan baca-tulis merupakan modal utama bagi murid. Dengan bekal kemampuan baca tulis, murid dapat mempelajari ilmu lain; dapat mengkomunikasikan gagasannya, dan dapat mengekspresikan dirinya. Kegagalan dalam penguasaan keterampilan ini akan mengakibatkan masalah yang fatal, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan. Namun, modal utama yang penting ini, masih belum merata dimiliki para murid. Banyak murid yang masih belum dapat membaca dan menulis.
Sementara itu, para guru masih berkutat tentang bagaimana membuat metode mengajar baca-tulis yang cepat pada siswa. Di sekolah dasar antara siswa yang telah dan belum mampu membaca dan menulis dibedakan dengan siswa yang belum mampu membaca dan menulis. Kecenderungan tersebut misalnya tampak dengan adanya pengelompokan anak yang sudah dan belum pandai membaca dan menulis. Perlakuan itu menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian orang tua, karena anaknya ditempatkan dalam kelompok yang belum pandai membaca dan menulis. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat, tumbuh kecenderungan baru berupa pengajaran baca-tulis melalui pendekatan yang baru bagi siswa kelas rendah supaya mereka bisa mengikuti materi pelajaran dengan lancar.
Pada pembelajaran bahasa di tingkat sekolah dasar sangat mengandalkan penggunaan metode-metode yang atraktif dan menarik. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah belajar. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa. Di sebagian siswa, pembelajaran bahasa sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut. Penulis sebagai guru taman kanak-kanak sangat merasakan problem pembelajaran yang terjadi selama ini.
Sementara itu, para guru masih berkutat tentang bagaimana membuat metode mengajar baca-tulis yang cepat pada siswa. Di sekolah dasar antara siswa yang telah dan belum mampu membaca dan menulis dibedakan dengan siswa yang belum mampu membaca dan menulis. Kecenderungan tersebut misalnya tampak dengan adanya pengelompokan anak yang sudah dan belum pandai membaca dan menulis. Perlakuan itu menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian orang tua, karena anaknya ditempatkan dalam kelompok yang belum pandai membaca dan menulis. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat, tumbuh kecenderungan baru berupa pengajaran baca-tulis melalui pendekatan yang baru bagi siswa kelas rendah supaya mereka bisa mengikuti materi pelajaran dengan lancar.
Pada pembelajaran bahasa di tingkat sekolah dasar sangat mengandalkan penggunaan metode-metode yang atraktif dan menarik. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah belajar. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa. Di sebagian siswa, pembelajaran bahasa sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut. Penulis sebagai guru taman kanak-kanak sangat merasakan problem pembelajaran yang terjadi selama ini.
Negara-negara maju tidak lagi menggunakan metode-metode pengajaran membaca tulis menggunakan ejaan dan pendekatan bunyi (phonic approach) seperti yang banyak dijumpai di Indonesia. Para ahli literasi di negara-negara maju berpendapat bahwa membaca bukan hanya sekedar membunyikan huruf-huruf tetapi memberi makna pada tulisan. Melalui metode ini anak tidak hanya sekedar belajar membaca namun juga berpikir tentang isi bacaan.
Melalui penggunaan metode yang menarik dan atraktif akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan tidak kaku. Sehingga siswa dapat merasa nyaman dalam belajar di ruangan kelas. Para pakar pendidikan sepakat bahwa penyampaian materi akan lebih mudah dan tepat sasaran apabila kondisi mental peserta didik dalam kondisi senang/rileks.
Bagi para ahli literasi dari negara maju, pengembangan kemampuan literasi berarti mengembangkan kognitif anak yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa. Dalam hal ini baca-tulis hanya sebagai sarana anak dalam mengemukakan perasaan dan pikiran yang telah berkembang seiring dengan perkembangan bahasa mereka. Dengan kata lain belajar membaca dan menulis (dalam arti kemampuan mekanik) merupakan konsekuensi dari pengembangan kemampuan berbahasa. Selanjutnya, pemaknaan terhadap bacaan dan tulisan (construction of meaning) yang ada di sekeliling anak merupakan hasil dari sosialisasi anak dengan lingkungannya.
Di lain pihak, pengembangan literasi yang dilaksanakan di Indonesia selama ini lebih berarti pada mengajarkan baca-tulis dengan pengertian mengajarkan mekanisme atau cara membunyikan, menuliskan dan merangkai huruf menjadi kalimat yang diberikan oleh guru atau buku pelajaran membaca dan menulis. Dengan demikian kebebasan anak mengembangkan kemampuan berbahasa melalui bacaan yang ada dan mengemukakan perasaan dan pikiran mereka melalui tulisan, sangat terbatas.
Oleh sebab itu guru sebagai pihak yang paling berperan penting dalam proses pembelajaran di sekolah dan di kelas perlu menggunakan pendekatan pengajaran yang baru. Melalui pendekatan pembelajaran model permainan siswa akan bermain sekaligus belajar. Metode ini mengkombinasikan antara kegemaran bermain dan bergerak aktif siswa dengan belajar membaca dan menulis.
Melalui penggunaan metode yang menarik dan atraktif akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan tidak kaku. Sehingga siswa dapat merasa nyaman dalam belajar di ruangan kelas. Para pakar pendidikan sepakat bahwa penyampaian materi akan lebih mudah dan tepat sasaran apabila kondisi mental peserta didik dalam kondisi senang/rileks.
Bagi para ahli literasi dari negara maju, pengembangan kemampuan literasi berarti mengembangkan kognitif anak yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa. Dalam hal ini baca-tulis hanya sebagai sarana anak dalam mengemukakan perasaan dan pikiran yang telah berkembang seiring dengan perkembangan bahasa mereka. Dengan kata lain belajar membaca dan menulis (dalam arti kemampuan mekanik) merupakan konsekuensi dari pengembangan kemampuan berbahasa. Selanjutnya, pemaknaan terhadap bacaan dan tulisan (construction of meaning) yang ada di sekeliling anak merupakan hasil dari sosialisasi anak dengan lingkungannya.
Di lain pihak, pengembangan literasi yang dilaksanakan di Indonesia selama ini lebih berarti pada mengajarkan baca-tulis dengan pengertian mengajarkan mekanisme atau cara membunyikan, menuliskan dan merangkai huruf menjadi kalimat yang diberikan oleh guru atau buku pelajaran membaca dan menulis. Dengan demikian kebebasan anak mengembangkan kemampuan berbahasa melalui bacaan yang ada dan mengemukakan perasaan dan pikiran mereka melalui tulisan, sangat terbatas.
Oleh sebab itu guru sebagai pihak yang paling berperan penting dalam proses pembelajaran di sekolah dan di kelas perlu menggunakan pendekatan pengajaran yang baru. Melalui pendekatan pembelajaran model permainan siswa akan bermain sekaligus belajar. Metode ini mengkombinasikan antara kegemaran bermain dan bergerak aktif siswa dengan belajar membaca dan menulis.